Sebelum lanjut bacanya, ane mau bilang bahwa ane bukan anti-MLM (Multi-Level Marketing), justru ane adalah MLMmania. Dan saat ini ane sendiri sedang menjalankan bisnis Network Marketing di salah satu perusahaan Multi-Nasional.
Ok, Masuk ke bahasan. Ane nulis artikel ini bukan untuk menyanggah atau memberi perlawanan bagi yang anti-MLM, bukan, bukan itu.
Justru ane sebagai pelaku bisnis MLM, mohon maaf bila ada cara ane dalam mempresentasikan produk atau bisnis kepada teman-teman justru membuat teman-teman terganggu dan membenci bisnis ini.
Ane akan memulai bahasan dari “Alasan mengapa MLM dibenci”. Dari pengalaman ane ada beberapa alasan yang membuat MLM dibenci. Dan justru alasan-alasan ini bersumber dari kekecewaan yang dibuat sendiri oleh para member MLM, dan tidak mereka sadari.
Alasan-alasan ini ane dapat dari orang-orang yang membenci MLM yang dapat saya kategorikan sebagai berikut :
1) Mantan pelaku bisnis MLM yang pernah dikecewakan atau tidak berhasil
2) Orang yang pernah ditawarkan bisnis MLM oleh temannya sendiri.
3) Orang yang dapat informasi tentang MLM dari cerita temannya yang masuk kategori 1 dan 2. ribet nulisnya. hehehehe…. Intinya dia sebenarnya tidak tahu dan belum pernah ditawarkan bisnis MLM, kebenciannya timbul karena mendapat informasi dari kekecewaan orang-orang disekitarnya.
Nah dari alasan-alasan yang ane kumpulin, ane menyimpulkan sebenarnya orang-orang tersebut tidak paham secara benar mengenai bisnis MLM yang sesungguhnya. Apakah itu salah mereka? Menurut ane, TIDAK. Tidak seseorangpun dapat disalahkan karena mereka tidak tahu kan?
Ketidaktahuan mereka terhadap bisnis MLM karena informasi yang kurang mengenai bisnis ini.
Beberapa alasan yang ane kumpulin, mengapa MLM dibenci adalah sebagai berikut :
1. Sistem Marketing Plan yang tidak masuk akal
Banyak yang mengatakan bahwa sistem marketing plan atau pembagian komisinya tidak masuk akal sehingga asumsi yang didapat adalah downline atau orang-orang yang berada di level terbawah tidak mendapatkan bonus apa-apa. Asumsi ini muncul karena orang tersebut tidak/kurang memahami apa yang disebut dengan penjualan langsung atau Direct Selling.
MLM pada dasarnya adalah membentuk jaringan pelanggan. Pelanggan yang langsung membeli produk dari perusahaan. Jadi tidak produk tidak didistribusikan lewat upline-upline yang ada di atasnya. Stokis hanya berperan sebagai penyedia produk agar para membernya dapat memperoleh produk dengan mudah.
Pemahaman mengenai Direct Selling inilah yang perlu dipahami oleh para member MLM sebelum membuat orang lain paham thd bisnis MLM. Seringkali yang terjadi malah pelaku bisnis MLM tidak paham mengenai Sistem MLM itu sendiri. untuk itulah peran upline atau sponsor diperlukan untuk membagikan pemahamannya mengenai bisnis MLM.
2. Ketidakjujuran
Ini alasan paling sering ane dapatkan yang membuat orang lain menjadi ogah, emoh, dan muak terhadap bisnis MLM. Banyak pelaku MLM membuat janji bertemu dengan prospeknya dengan menyembunyikan maksudnya, bahkan malah membohongi.
Contoh :
“Bro, ketemuan yuk. Dah lama kan kita ga ketemu?”
“Mbak, besok ada acara? kita ke salon bareng yuk? habis itu kita ngobrol-ngobrol…”
“Guys, besok ada acara makan-makan di rumah ane, syukuran kecil-kecilan gitu…. datang ya..”
Nah, kalo bisnis udah dimulai dengan ketidakjujuran, bagaimana akan terjadi kepercayaan? Padahal bisnis MLM adalah bisnis yang sangat memerlukan kepercayaan.
Seringnya di kalangan pelaku bisnis MLM muncul pembenaran sebagai berikut :
- MLM sudah mendapat imej buruk di mata masyarakat. (Hello… MLM dicap buruk karena cara-cara yang nggak bener kayak gini kali…)
- Kalau nyebut kata “MLM”, prospek ga mau datang. (Prospek bersedia datang karena percaya pada anda, bukan pada ketidakjujuran atau kebohongan anda.)
- MLM dicap buruk karena dinodai oleh bisnis Money Game. (Dan diperparah dengan ketidakjujuran dan kebohongan)
Solusinya : Mulailah dengan kejujuran. Upline Leader saya pernah mengatakan “Bisnis yang dimulai dengan ketidakjujuran tidak akan bertahan lama”.
Jika kita YAKIN pada diri kita, bisnis MLM, sistem MLM, perusahaan MLM kita dan produknya dapat memberi manfaat bagi banyak orang, tunjukkan KEYAKINAN kita itu dengan kejujuran kepada prospek kita.
Berikut contoh pengalaman ane :
Ane (A) : “Halo mbak apa kabar?”
Prospek (P) : “Baik. kamu bagaimana? Apa apa nih tumben nelpon?”
A : “Baik juga mbak. Begini mbak, aku mau ke rumah mbak untuk ngasih informasi bagus mengenai peluang bisnis…”
P : “Itu MLM ya?” (memotong)
A : “Benar sekali. Ini MLM. Jadi aku minta waktunya mbak 15 menit saja, untuk mempresentasikan bisnis ini, produknya bagus lho mbak, komisinya juga gede. 15 menit saja, setelah selesai dan mbak tidak tertarik saya akan pamit pulang. Mbak sekarang ada di rumah kah?”
P : “Iya, aku ada di rumah. Produknya apa itu?”
A : “Produknya Minuman Bioaktif untuk kesehatan mbak, lengkapnya saya ceritakan di rumah deh. Saya kesana sekarang ya…”
P : “OK”.
3. Merendahkan Profesi atau Pekerjaan lain
Ane sepakat kalau bisnis MLM memiliki keunggulan dibanding pekerjaan atau bisnis lainnya, terutama bisnis MLM dapat dijalankan oleh siapapun, dari berbagai latar belakang apapun. Tapi bukan berarti profesi atau pekerjaan lain lebih rendah dibandingkan bisnis MLM.
Bidang marketing manapun menggunakan dan mempelajari cara mempengaruhi orang lain atau calon pembeli. Bisnis warung makan, Periklanan, SPG, Manajer Marketing pun menggunakannya. Bahkan mau ngajak cewek untuk pacaran pun digunakan. Di bisnis MLM bahkan disarankan membaca buku “Mencari Kawan dan Mempengaruhi Orang Lain” — Dale Carnegie –. Orang di profesi lain pun juga banyak menggunakan prinsip-prinsip yang ada di buku ini. Ane sarankan anda juga membaca buku ini.
Di Bisnis MLM kita bukan untuk mencari musuh. Bukan untuk berdebat dengan orang lain. Bukan untuk membuat orang lain merasa kalah berdebat dengan anda. Sehebat apapun bisnis, perusahaan dan produk anda, tujuan melakukan presentasi dan prospekting adalah mengajak orang lain untuk bergabung. Kita boleh saja menang dalam perdebatan, tapi kita kalah untuk membuat prospek bergabung (sama aja bohong).
Solusi : STOP menjelek-jelekkan profesi lain. Terimalah bahwa tidak semua orang akan bergabung di bisnis MLM. Seperti halnya tidak semua orang mau makan makanan pedas. Seperti halnya tidak semua orang akan menduduki jabatan direktur. Kita tidak akan dapat makan nasi jika semua orang berbisnis MLM dan tidak ada yang menjadi petani, berbisnis menjual beras dan atau berbisnis warung makan. Mari lakukan presentasi dengan memberikan penawaran pilihan peluang bisnis.
4. Melebih-lebihkan khasiat produknya
Jika produk bisnis MLM kita memang bagus dan berkualitas. Katakan apa adanya. Tunjukkan data-data validnya.
Contoh : produk kesehatan yang mampu menyembuhkan diabetes. Jika benar adanya maka tunjukkan data valid hasil penelitian medis dan ilmiah. Jika tidak ada data valid secara klinis dan ilmiah, sama saja dengan jualan kecap.
5. Melebih-lebihkan Reward
Banyak bisnis MLM yang menjanjikan memberikan reward berupa mobil mewah, kapal pesiar, jalan-jalan ke luar negeri, dll. Bagi saya ini sah-sah saja dan tidake berlebiha jika memang benar adanya. Karena ada juga perusahaan yang menjanjikan memberikan reward mobil mewah, ternyata cuma dikasih uang mukanya saja atau ada juga yang cuma dipinjamkan saja.
Yang perlu diperhatikan adalah bagaimana proses hingga sampai memperoleh reward-reward tersebut. Berapa omzet pribadinya? Di peringkat manakah memperoleh reward tersebut? Berapa orang yang harus direkrut?
Setelah mendapatkan jawaban maka dikembalikan kepada diri kita masing-masing. Apakah benar reward itu keinginan kita? Apakah kita mampu mencapainya? Kitalah yang mampu mengukur diri kita.
6. Melebih-lebihkan potensi penghasilan yang sangat besar
Ane sepakat bahwa bisnis MLM memiliki potensi penghasilan yang luar biasa besar. Ada yang menjanjikan bisnis miliaran per bulan.
Kalau dipikir-pikir ye… semua bisnis pun begitu. Bisnis property pun punya potensi memperoleh keuntungan miliaran bahkan mungkin trilyunan.
Nah yang perlu diperhatikan pula adalah, bagaimana cara untuk memperoleh penghasilan itu?
Nah, bagi yang dipresentasi MLM dan juga yang berbisnis MLM yang perlu diperhatikan adalah :
- sistem break away yaitu peringkat downline sama atau lebih tinggi dari uplinenya, sehingga upline tidak mendapatkan bonus atau bonusnya kecil (sekitar ± 1%)dari omset group downlinenya tersebut.
- dan sistem Side Volume, yaitu solusi yang diberikan perusahaan ketika ada yang mengalami sistem Break Away. Yaitu member yang mengalami break away harus meningkatkan omset jaringan lain di luar jaringan downline yang membuatnya mengalami break away.
- sistem binary atau kanan-kiri seimbang. Untuk mendapatkan bonus yang sesuai dengan yang dijanjika maka member harus membangun jaringan 2 kaki dengan total jumlah member yang seimbang. contoh, jika jumlah member di kaki A berjumlah 100 orang maka jumlah member di jaringan kaki B juga harus 100 orang, untuk mendapatkan bonus yang sesuai dengan jumlah member yaitu 100 orang. Jika jumlah member di jaringan A 100 orang dan di jaringan B hanya 50 orang maka bonus anda hanya sampai di perhitungan jaringan A 50 orang dan B 50 orang.
Jadi ane sarankan pelajari marketing plan dengan seksama. Jika anda merasa kesulitan menjalankan bisnis MLM dengan sistem tersebut, saya sarankan untuk mencari bisnis MLM yang tidak menerapkan sistem tersebut (apakah ada? Ya, ada).
Tapi jika anda merasa mampu menjalankan bisnis tersebut silakan menjalankannya. itu pilihan anda.
Sekian. Salam.